Para ahli menegaskan bahwa, akhir dari kalendar Suku Maya tak ubahnya akhir kalender tahunan modern yang harus diganti tiap Desember. Jadi menurut para ahli, habisnya kalender tersebut bukan tanda kiamat.
“Bukti-bukti yang ditemukan mendukung bahwa tanggal tersebut memang tanggal penting yang dirayakan Suku Maya kuno. Meskipun demikian, mereka tidak meramalkan hari kiamat berkaitan dengan tanggal itu,” jelas Marcello Canuto, Direktur Tulane University Middle America Research Institute.
Teks kuno yang ditemukan mengonfirmasi akhir penanggalan Suku Maya yang dikenal dengan kalendar Long Count atau Penanggalan Panjang, akan jatuh pada 21 Desember 2012.
Kalender Suku Maya
Hari tersebut dikenal sebagai hari terakhir dari bak’tun ke-13 atau siklus 144.000 hari. Suku Maya Kuno memandang akhir bak’tun ke-13 merupakan akhir dari siklus penciptaan.
Interpretasi dari kata “akhir” tersebutlah yang membuat banyak kalangan meramalkan hari kiamat. Tidak semua orang membayangkan kiamat berupa hujan api dan badai yang menyebabkan musnahnya kehidupan di muka Bumi.
John Hopes, ahli sejarah Maya dari University of Kansas, mengatakan, sekelompok orang memperkirakan adanya transformasi spiritual pada 21 Desember.
Sebuah jajak pendapat yang dilakukan Reuters pada Mei tahun ini menunjukkan bahwa 15 persen responden di seluruh dunia yakin kiamat akan terjadi pada saat mereka hidup. Sedangkan 10 persen responden meyakini akhir dunia tersebut akan terjadi tahun ini.
“Apa pun penyebabnya: ‘tangan Tuhan’, bencana alam, atau berkaitan dengan politik, mereka percaya kiamat sudah dekat,” kata Keren Gottfried, Manajer Penelitian di Ipsos Global Public Affairs yang melakukan jajak pendapat untuk Reuters.
Hari kiamat sebetulnya adalah hal ilmiah. Para astronom dan berbagai peneliti sudah mengetahui bahwa alam semesta semakin luas hingga pada suatu saat, Matahari akan berada sangat jauh dan tidak mampu menyokong kehidupan di Bumi.
Meskipun demikian, para peneliti meyakini bahwa saat itu tidak akan terjadi dalam jutaan tahun dari sekarang. (Alex Pangestu/ Nationalgeographic Indonesia, Sumber: Reuters, ScienceDaily, IBTimes)
koq jadi takut yaa...
BalasHapus